Selasa, 25 Januari 2011

Humidifitas

1. TUJUAN PERCOBAAN
·        Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengukur temperature bola basah maupun temperature bola kering
·        Mencari humidifitas dengan menggunakan grafik
·        Mencari relative humidifitas dengan menggunakan grafik

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
A.     Alat yang digunakan
-         Seperangkat alat TM
-         Termometer bola basah
-         Termometer bola kering

B.     Bahan yang digunakan
-         Air aquadest
-         Tisue
III. DASAR TEORI
            Temperatur bola kering dan temperature bola basah dalam pemprosesan sering diperlukan untuk menentukan uap air di dalam aliran gas. Operasi ini lebih dikenal dengan proses humidifikasi. Penggunaan yang paling sederhana dan luas dalam proses humidifikasi adalah proses pengeringan dari padatan basah dengan pengurangan jumlah kandungan air dan pemakaian Ac. Untuk menentukan relative humidifitas dan humidifitas dari campuran air-uap digunakan grafik humudifikasi. Cara penggunaan grafik humidifikasi adalah buat garis perpotongan  antara temperature bola kering dan temperature bola basah dari titik perpotongan tarik garis sampai memotong garis relative humidifitas sedangkan untuk menentukan humidifitas tarik garis perpotongan temperature bola kering dan temperature bola basah sampai memotong garis humidifitas.
  1. Temperatur bola kering.
Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas.
  1. Temperatur bola basah.
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk mengukur temperatur ini diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5 m/s. Temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh adiabatik.
            Humidifitas atau kelembaban adalah jumlah uap air di udara atau jumlah uap air dalam volume udara. Yang dinyatakan oleh berat kelembaban tertentu adalah rasio dari jumlah berat uap air ke udara kering seperti 1:200.
*      Kelembaban Relatif
Kelembaban relative didefinisikan sebagi rasio dari tekanan parsial uap air (dalam gas campuran udara dan uap air) ke jenuh tekanan uap air pada suhu tertentu.
Dengan kata lain, kelembaban relative adalah jumlah uap air di udara pada suhu tertentu dibandingkan dengan uap air maksimum yang udara mampu menahan tanpa kondensasi, pada suhu tertentu.

Angka konsentrasi kelembaban dapat dicari dengan kelembaban absolute, kelembaban spesifik atau kelembaban fisik.
Alat untuk mengukur kelembaban disebut hygrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunandengan sebuah pengawal lembab(dehumidifer). Dapat dianalogikan dengan sebuah thermometer dan thermostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30oC (86oF) dan tidak melebihi 0,5% pada 0oC (32oF).

IV. PROSEDUR KERJA
§         Menyiapkan alat TM dengan menggunakan blower
§         Menyiapkan termometer bola basah dengan cara membungkus ujung termometer dengan kain kasa atau tissue dan melilitnya dengan isolasi bening
§         Menghidupkan blower pada alat TM
§         Menyelupkan termometer bola basah ke dalam gelas kimia yang berisi air
§         Mengukur temperature bola basah dan bola kering secara bersamaan selama lebih kurang 10 menit, mendapatkan data sebanyak 4 kali.

Minggu, 16 Januari 2011

contoh surat permohonan dalam bahasa inggris

Palembang, 17 January 2011


The honourable,
American Host Families
Los Angeles, California

Dear Mr.
According to the ad that I read the ‘Spend a Month with an American Family’ in daily ‘Seputar Indonesia ‘on 12 January 2011 I was intending to participate in these activity.
            My name is Randi Mahardika, I live in palembang, place and date of birth Palembang 17th August 1992, I have a very good health condition, and I can speak English both orally and writing. Now, I am studying at the Politeknik Negeri Sriwijaya. I have a height 169 cm, my weight 57 pounds, brown skin, straight black hair, round eyes, and have a good personality,  and I am a serious person, optimistic, diligent, and sociable.
            I hope I can participate in these activities and can find family when I was in the U.S. later. Thus my application letter, and thank you for your attention.



Respectfully,



                                                                   Randi Mahardika

Analisis Anion

1.      DASAR TEORI
Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengenal unsur apa yang terdapat pada suatu sampel. Analisis kualitatif untuk zat anorganik terdiri dari:
-Analisis anion
-Analisis kation
            Pada analisis anion, anion yang dipelajari adalah sebagai berikut:
Cl-, Br-, S2-, CO2-, SO42-, PO42-, MnO4-, NO2- dan asetat oksalat. Tahap analisis kualitatif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A.     Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan”Pemeriksaan pendahuluan” yaitu pengamatan sifat fisika yaitu warna, bau, bentuk Kristal dan tes kelarutan dalam air. Beberapa anion bereaksi dengan asam basa atau berealsi secara reduksi oksidasi sering menghasilkan perubahan warna atau perubahan gas.

                                    Table 1 Analisa Pendahuluan untuk ANION


ANION
REAGEN  H2SO4 (6 M)         HNO3 (6 M)         HCl(6 M)

CO3 2-
Dengan pereaksi tersebut tanpa di panaskan akan di hasilkan  gas  CO2
yang tidak berwarna dan tidak berbau.

SO32-
Dalam keadaan tanpa di panaskan akan terjadi pergolakan pada larutan di
hasilkan gas SO3 dengan bau yang khas seperti hasil bakaran sulfur
(S)tanpa warna.

NO22-
-tanpa di panaskan akan terjadi pergolakan (mendidih)
-dihasilkan gas NO2 warna coklat
-larutan waena biru bila di gunakan reagen H2SO4 dan HNO3 dan akan berwarna kuning
I-
Bila digunakan HNO3 tanpa pemanasan akan di hasilkan larutan warna kuning dan gas I2 berwarna ungu, bila di reaksikan akan di hasilkan larutan warna gelap dengan asam sulfat di panaskan akan di hasilkan larutan kuning dengan asam nitrat di panaskan akan di hasilkan larutan warna jingga dan gas berwarna jingga.

Br-
Dengan asam nitrat di panaskan terjadi pergolakan dengan cepat di hasilkan gas NO2 warna coklat

SCN-
Dengan asam sulfat dan HCl maka pergolakan akan lebih sedikit
CrO4-
Dihasilkan larutan warna kuning dari semua reagen tanpa pemanasan


S2-
Dihasilkan gas H2s dengan semua reagen tanpa pemanasan , tanpa HNO3 di hasilkan gas NO2 berwarna coklat
C2H3O
Dengan semua reagen asam yang di larutkan berbau asam cuka. Mudah  untuk mendeteksi, memasukan batang pengaduk dalam larutan panas kemudian cium baunya.


           







            Pemanasan di lakukan dengan menggunakan gelas kimia yang berisi air mendidih.

            B.Pemeriksaan anion secara sistematis (golongan)
    
GOL
AgNO3 0.1 M endapan yang             terjadi
BaNO3 0.1 M endapan yang terjadi
                  Anion

1
Putih kuning ,tidak larut
Dalam asam nitrat
Tidak ada endapan
Cl-, Br-, I-, SCN-






2
  Larut dalam asam nitrat 1M
Tidak ada endapan
S22-, NO22-
3
  Putih, larut dalam HNO3
   Putih, larut dalam HNO3
SO32-
4
  Cokelat keemasan, larut dalam asam nitrat
    Putih, larut dalam HNO3
PO42-, CrO42-
5
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
MnO4
6
Tidak ada endapan
  Putih, tidak larut dalam         HNO3
SO42-

Setelah golongan anion di temukan , maka di lakukan test spesifik
C. Analisa anion dengan reaksi spesifik
a.  Cl-    :         Ag+ +  Cl+     AgCl(s)  ↓ putih , larut dalam amoniak berlebih
b.  Br-   :         Ag +  +   Br+     AgBr(s)  ↓  kuning putih, larur dalam (NH4)2CO3
Larutan Br-  akan merduksi MnO4- menjadi Mn- dalam suasana asam menghasilkan Br2- yang berwarna orange. 10 Br-(aq) + 16 H+ + 2Mn2-(aq) ditambahkan larutan carbon tetra clorida. Br2- dapat larut dalam CCl4 menghasilkan warna kecoklatan.
c.  I-     :    Ag+ I-  →  AgI    ↓  kuning, larut dalam (NH4)CO3
                Fe3+ +  I- →  ½ I2  +  Fe2+  ↓ coklat
                 I dapat membirukan laritan kanji atau I dalam CCl menghasilkan warna ultra violet
d. SCN-     : Fe3+ +  3  SCN-  →  Fe (SCN)3   ↓merah bata
e.  S2-          :Pb2+ +  S2- →  PbS(s)    ↓  hitam
f.  NO-       : I-    +  NO-2    + 2 H+  →  ½ I2 + NO +  H2O
                   NO2- + Fe2+  + 2 H+ →  NO +  Fe3+ + HO
                   Fe2++  NO + SO42- → [FeNO]SO4   coklat
g.  CH3COO-       : CH3COONa  + KHSO  → CH3COOH  + NaKS4
h .  SO32-  :  2(MnO4)  + 5(SO3)2-  + 6H+  →  2Mn2+ + 5 SO4 + 3H2O
                   (CrO)2- + (3SO)2- + 8H+  →  2Cr2+ + 3(SO)2- +  4H2O
i.  CO32-  : CO3- + Ca2+ → CaCO3 (s)  putih, endapan ini larut dengan larutan asam kuat
                  CaCO  +2HCl   →  CaCl  + HO +   CO
j.  PO4-    :    Mg2+ +   NH4 + +  PO-  →  Mg(NH4)(PO4)   ↓ putih 
                    12(NH) MoO  +  23 H+ + PO- → (NH4)3(PMo12O40)(s)   +   H2O  ↓   kuning
k. C2O42-     :   Ca2+  + C2O42- → CaC2 (s)   putih,
                      5(COO2)2-+2 MnO42- + 16 H+  → 10 CO2 + 2Mn+  + 8H2O   endapan oksalat violet.
l. MnO     :   sama dengan oksalat. MnO- bila di reaksikan  dengan ion SO3- dalam suasana asam akan                 
                    menghasilkan warna ungu dan MnO4-

          2(MnO4)-+  5  SO3 2- +  6  H+ → 2 Mn2+ +  6(SO4)2- + 3H2O
                     Violet                                                     bening           
m.  SO42-   :   Ba2+ +  SO32- →  BaSO(s)  ↓  putih, tidak larut dalam asam kuat.
n.  CrO42-  :    2  Ag+   +   (CrO4)2-  → AgCrO4 (s)   ↓   merah, tidak larut dalam asetat tetapi larut dalam
                     asam kuat dengan amoniak.

Titrasi Redoks (Penentuan Besi)

1.      TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan standarisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks
.                                                     
2.      PERINCIAN KERJA
     1. Melakukan standarisasi larutan KMnO4
     2. Menentukan kadar besi dalam larutan

3.      DASAR TEORI
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi antara
analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan sebagian besar logam-logam. Indicator yang digunakan pada titrasi ini menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO4 tidak menggunakan suatu larutan indicator, tetapi larutan KMnO4 itu sendiri dapat bertindak sebagai indicator.
      Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri. Iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan Oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran  penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat.), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.
      Titik akhir dari suatu titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titran atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
             3.1 Kalium Permanganat
       Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Zat ini merupakan pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indicator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes KMnO4 0,1 N memberikan suatu warna merah muda yang jelas pada larutan dalam titrasi. Permanganat mengalami reaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +5, +6, +7. Untuk reaksi yang berlangsung dalam larutan yang asam akan terjadi reaksi :
            MnO4 -+ 8H­­­­+ + 5e <=> Mn 2++ 4H­2O
Sedangkan untuk reaksi dalam larutan berasam rendah :
            MnO4 -+ 8H­­­­+ + 3e <=>        MnO2 + 2H­2O
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat asam, dimana permanganat bereaksi dengan sangat cepat.
     
        3.2 Natrium Oksalat
        Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganat dalam larutan berasam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada pemanasan dan tidak higroskopis. Reaksi dengan permanganat agak komplek dan sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan, namun mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar. Oleh kareana itu biasanya larutan dipanaskan pada suhu 600C. Pada kenaikan suhu, pada awalnya reaksi berjalan lambat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya dinamakan otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Ionnya mungkin mempengaruhi efek katalitiknya dengan cepat bereaksi dengan permanganat untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi antara +3 dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali keadaan divalent. Adapun reaksinya adalah :
                5C2O42- + 2MnO4 + 16H+  2Mn 2+ + 10 CO2 + 8H2O
    
              Fowler dan bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin didalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida
            O2  +  H2C2O4      H2O2  +  2 CO2
Dan apabila perioksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganat, terlalu sedikit larutan permanganat yang diperlukan sehingga dari perhitungan normalitasnya tinggi. Mereka menyarankan agar hampir semua permanganat ditambahkan dengan cepat dalam larutan dipanaskan sampai 60 0C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini.

4.      ALAT YANG DIGUNAKAN
      • Kaca Arloji                                              2 buah
      • Erlenmeyer 250 ml                                   6 buah
      Buret 50 ml                                              2 buah
      Pipet Ukur 25 ml                                      4 buah
      Gelas Kimia 100 ml, 250 ml                     2 buah
      • Labu Takar 100 ml, 250 ml, 500 ml         2 buah
      • Spatula                                                    2 buah
      • Bola Karet                                               4 buah
      • Hot Plate                                                 2 buah
      • Termometer                                             2 buah


5.      BAHAN YANG DIGUNAKAN
      • Na2C2O4  padatan                    0,3       gram
      • H2SO4                                     12,5       ml          
      • KMnO4 padatan                       0,7902 gram
      • FeSO4.7H2O padatan               4          gram

6.      PROSEDUR PERCOBAAN

6.1 Standarisasi Larutan KMnO4
     • Membuat larutan 0,1 N KMnO4
     • Mengeringkan Natrium Oksalat dalam Oven pada suhu 105-110 oC selama 2 jam
         setelah itu mendinginkannya dalam desikator.
     • Menimbang Natrium Oksalat sebanyak 300 mg dan memasukkannya kedalam
         erlenmeyer.
     • Melarutkan 12,5 ml H2SO4 pekat  dalam 250 ml air ( hati-hati )
     • Memasukan larutan H2SO4 kedalam erlenmeyer yang berisi Natrium Oksalat.
        Mengkocoknya dan mendinginkannya sampai 24 oC.
     • Mentitrasi dengan 0,1 N  KMnO4 sampai volume 35 ml. lalu dipanaskan sampai
        50-60 oC. dan melanjutkan titrasi setetes demi setetes hingga berubah warna yaitu
        merah muda.

6.2 Penentuan Besi Dengan KMnO4
      • Melarutkan 4 gram cuplikan FeSO4.7H2O dalam air demineral 100 ml.
      • Memipet 25 ml larutan cuplikan kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan
        25ml 0,5 M H2SO4.
      • Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda tidak
        berubah lagi.